Berbagai software berharga jutaan rupiah bisa digunakan hanya dengan mengeluarkan uang Rp 25.000 untuk satu CD. Dalam CD tersebut sudah terdapat serial number, keygen, crack atau patch untuk menembus sistem registrasi software tersebut.
Sudah menjadi sebuah rahasia umum bahwa berbagai software bajakan bisa dengan mudah didapatkan di pusat perbelanjaan di pusat kota atau di kios kecil dekat kampus. Berbagai software tersebut dipajang dan dijual terang-terangan. Sebagian besar software yang dijual termasuk software full version karena sudah disertakan serial number dan activation code-nya.
Dalam ranah software, ada tiga kategori software yang biasa kita jumpai, freeware, trialware, dan adware. Sebuah software dikategorikan freeware apabila software tersebut tidak membutuhkan registrasi agar bisa digunakan secara penuh. Berbeda dengan software yang termasuk kategori trialware dan adware. Software jenis ini bisa berfungsi dalam rentang waktu tertentu, biasanya 30 hari dimana pengguna diberikan waktu untuk menjajalnya. Lewat dari tenggat waktu itu, software tidak bisa dibuka atau ada fungsi-fungsi yang dimatikan. Mau tidak mau, kita harus memasukkan serial number (nomor serial) atau registrasi agar software tersebut bisa digunakan kembali. Selama masa uji coba selama 30 hari ini, ada pula software yang mengijinkan seseorang menggunakan software tersebut namun dengan sebagian fungsi dihilangkan.
Misalnya, software absensi karyawan, Simple TimeClock. Software ini hanya mengijinkan maksimal tiga nama karyawan untuk diproses, lebih dari itu, kita harus membeli software itu dan melakukan registrasi.
Sedangkan adware ditujukan bagi software-software yang bisa berfungsi penuh tanpa registrasi namun dengan catatan, terpampang sebuah banner iklan (kecil atau besar) di dalam jendela software itu. Letaknya bisa di pojok kanan atas, bawah atau bagian samping kanan atau kiri. Kelemahan software jenis adware ini, setiap kali kita terhubung ke internet, software ini akan menghubungi situs tertentu untuk meng-update iklan yang ada. Mau tidak mau, koneksi internet menjadi melambat karena bandwidth internet sebagian digunakan oleh adware tersebut. Ada pula software yang berfungsi ganda, trialware sekaligus adware.
Sembari mencoba software tersebut (trialware), iklan tetap muncul. Namun setelah kita registrasi dengan serial number, iklan dalam software itu hilang dan software berfungsi tanpa ada gangguan lagi.
Beberapa tahun yang lalu, kebanyakan software berjenis trialware membutuhkan satu lapis pengamanan agar bisa digunakan penuh, yaitu dengan memasukkan serial number. Namun, dalam perkembangannya, pengamanan dibuat semakin berlapis. Selain terdapat serial number, disertakan juga kode yang disebut activation code. Contoh software yang memanfaatkan dua lapis pengamanan ini, adalah software keluaran Microsoft, Adobe dan Symantec. Dalam produk mereka, serial number bukan lagi berfungsi sebagai registrasi atau aktivasi agar software bisa berfungsi penuh. Serial number cuma berfungsi membuka kunci agar kita bisa menginstal software tersebut ke dalam PC atau notebook. Biasanya software tersebut hanya bisa digunakan selama 30 hari. Setelah itu, software tersebut tidak bisa lagi digunakan.
Bagi mereka yang ingin terus menggunakan software tersebut, harus memiliki activation code. Biasanya, pesan untuk melakukan aktivasi muncul setelah kita selesai menginstal software tersebut. Proses aktivasi bisa banyak cara diantaranya lewat internet, e-mail, telepon atau faks. Aktivasi lewat internet relatif mudah karena setelah kita tekan menu aktivasi, software segera berkomunikasi dengan server si pembuat software, mengecek keaslian software dan serial number, setelah itu software teraktivasi secara otomatis.
Aktivasi yang lumayan merepotkan adalah aktivasi via telepon atau faks. Ini merupakan pilihan bagi mereka yang tidak mempunyai koneksi internet. Mau tidak mau, kita harus menghubungi si pembuat software yang berada di luar negeri untuk meminta activation code tersebut. Ini berarti kita harus rela keluar uang lagi. Syukur, kalau sudah ada kantor perwakilannya di Indonesia sehingga prosesnya bisa lebih mudah.
Hal yang menarik, software asli buatan Indonesia justru sudah banyak menggunakan pengaman lebih dari dua lapis. Sayangnya, hampir semua software lokal ini belum menyertakan pilihan untuk aktivasi via internet. Pengguna harus melakukan aktivasi via e-mail, telepon, sms, atau faks. Software penerjemah seperti Rekso Translator Release 2 (RTR2), misalnya. Agar software ini bisa berfungsi penuh, pengguna harus memasukkan serial number, username, nomor telepon, dan e-mail. Dari informasi yang dimasukkan oleh pengguna, software tersebut dengan algoritmanya tersendiri men-generate (membuat) Kode Password.
Sudah menjadi sebuah rahasia umum bahwa berbagai software bajakan bisa dengan mudah didapatkan di pusat perbelanjaan di pusat kota atau di kios kecil dekat kampus. Berbagai software tersebut dipajang dan dijual terang-terangan. Sebagian besar software yang dijual termasuk software full version karena sudah disertakan serial number dan activation code-nya.
Dalam ranah software, ada tiga kategori software yang biasa kita jumpai, freeware, trialware, dan adware. Sebuah software dikategorikan freeware apabila software tersebut tidak membutuhkan registrasi agar bisa digunakan secara penuh. Berbeda dengan software yang termasuk kategori trialware dan adware. Software jenis ini bisa berfungsi dalam rentang waktu tertentu, biasanya 30 hari dimana pengguna diberikan waktu untuk menjajalnya. Lewat dari tenggat waktu itu, software tidak bisa dibuka atau ada fungsi-fungsi yang dimatikan. Mau tidak mau, kita harus memasukkan serial number (nomor serial) atau registrasi agar software tersebut bisa digunakan kembali. Selama masa uji coba selama 30 hari ini, ada pula software yang mengijinkan seseorang menggunakan software tersebut namun dengan sebagian fungsi dihilangkan.
Misalnya, software absensi karyawan, Simple TimeClock. Software ini hanya mengijinkan maksimal tiga nama karyawan untuk diproses, lebih dari itu, kita harus membeli software itu dan melakukan registrasi.
Sedangkan adware ditujukan bagi software-software yang bisa berfungsi penuh tanpa registrasi namun dengan catatan, terpampang sebuah banner iklan (kecil atau besar) di dalam jendela software itu. Letaknya bisa di pojok kanan atas, bawah atau bagian samping kanan atau kiri. Kelemahan software jenis adware ini, setiap kali kita terhubung ke internet, software ini akan menghubungi situs tertentu untuk meng-update iklan yang ada. Mau tidak mau, koneksi internet menjadi melambat karena bandwidth internet sebagian digunakan oleh adware tersebut. Ada pula software yang berfungsi ganda, trialware sekaligus adware.
Sembari mencoba software tersebut (trialware), iklan tetap muncul. Namun setelah kita registrasi dengan serial number, iklan dalam software itu hilang dan software berfungsi tanpa ada gangguan lagi.
Beberapa tahun yang lalu, kebanyakan software berjenis trialware membutuhkan satu lapis pengamanan agar bisa digunakan penuh, yaitu dengan memasukkan serial number. Namun, dalam perkembangannya, pengamanan dibuat semakin berlapis. Selain terdapat serial number, disertakan juga kode yang disebut activation code. Contoh software yang memanfaatkan dua lapis pengamanan ini, adalah software keluaran Microsoft, Adobe dan Symantec. Dalam produk mereka, serial number bukan lagi berfungsi sebagai registrasi atau aktivasi agar software bisa berfungsi penuh. Serial number cuma berfungsi membuka kunci agar kita bisa menginstal software tersebut ke dalam PC atau notebook. Biasanya software tersebut hanya bisa digunakan selama 30 hari. Setelah itu, software tersebut tidak bisa lagi digunakan.
Bagi mereka yang ingin terus menggunakan software tersebut, harus memiliki activation code. Biasanya, pesan untuk melakukan aktivasi muncul setelah kita selesai menginstal software tersebut. Proses aktivasi bisa banyak cara diantaranya lewat internet, e-mail, telepon atau faks. Aktivasi lewat internet relatif mudah karena setelah kita tekan menu aktivasi, software segera berkomunikasi dengan server si pembuat software, mengecek keaslian software dan serial number, setelah itu software teraktivasi secara otomatis.
Aktivasi yang lumayan merepotkan adalah aktivasi via telepon atau faks. Ini merupakan pilihan bagi mereka yang tidak mempunyai koneksi internet. Mau tidak mau, kita harus menghubungi si pembuat software yang berada di luar negeri untuk meminta activation code tersebut. Ini berarti kita harus rela keluar uang lagi. Syukur, kalau sudah ada kantor perwakilannya di Indonesia sehingga prosesnya bisa lebih mudah.
Hal yang menarik, software asli buatan Indonesia justru sudah banyak menggunakan pengaman lebih dari dua lapis. Sayangnya, hampir semua software lokal ini belum menyertakan pilihan untuk aktivasi via internet. Pengguna harus melakukan aktivasi via e-mail, telepon, sms, atau faks. Software penerjemah seperti Rekso Translator Release 2 (RTR2), misalnya. Agar software ini bisa berfungsi penuh, pengguna harus memasukkan serial number, username, nomor telepon, dan e-mail. Dari informasi yang dimasukkan oleh pengguna, software tersebut dengan algoritmanya tersendiri men-generate (membuat) Kode Password.
Kode Password yang sangat panjang ini harus kita kirimkan via sms atau telepon untuk meminta Password pembuka. Begitu Password pembuka ini sudah kita masukkan, software baru bisa digunakan secara penuh.
Berita Indonesia sempat berusaha ‘mengakali’ sistem pengaman ini dengan menginstal RTR2 di komputer lain. Semua informasi seperti serial number, username, nomor telepon, dan e-mail dimasukkan sama seperti menginstal pertama kali di komputer sebelumnya. Agar lebih lancar, instalasi RTR2 dilakukan di dalam komputer dengan sistem operasi yang sama. Sayang, RTR2 tidak bisa diaktivasi. Kode Password yang di-generate oleh software tersebut sedikit berbeda padahal informasi pengguna dibuat sama. Iseng-iseng, Berita Indonesia meminta password via sms. SMS balasan yang diterima menyatakan bahwa RTR2 sudah diinstall di komputer yang berbeda. Dari mana mereka tahu kalau software tersebut diinstal di komputer yang berbeda? Kelihatannya ‘lapis keempat’ ada di sistem algoritma Kode Password yang panjang seperti ular itu. Kode Password yang dihasilkan oleh software tersebut merupakan kode informasi dari spesifikasi komputer dimana RTR2 diinstall. Ini yang sulit untuk dipecahkan sebab semirip apapun spesifikasi komputer yang kita miliki, selalu saja ada yang berbeda di antara keduanya. Mau tidak mau, agar bisa menggunakan RTR2 di komputer lain, kita harus membeli lisensi tambahan.
Model lapis pengaman lainnya yang sering digunakan adalah software bisa berfungsi kalau CD software tersebut dimasukkan ke drive CD di komputer. Tanpa CD itu jangan harap software bisa berjalan. Mau tidak mau, pengguna dipaksa menggunakan software tersebut di satu PC saja. Bukankah CD software tersebut bisa digandakan? Memang bisa digandakan tetapi jangan harap bisa digunakan karena CD ‘kopian’ itu gagal meng-kopi utuh CD aslinya. CD asli tersebut sudah di-compile (diolah) dengan teknik tertentu agar tidak bisa dikopi. Teknik proteksi yang lazim digunakan misalnya teknik dummy files, overburn/oversize, discguard, secuROM, dan sebagainya. Namun, bagi hacker atau pengguna komputer yang sudah berpengalaman, menggandakan CD yang menggunakan teknik dummy files misalnya sudah sangat mudah.
Tetap Bisa Dijebol
Model pengaman (registrasi, red) berlapis tebal seperti apapun, selalu bisa dijebol oleh para komunitas hacker underground. Komunitas hacker ‘hitam’ ini membuat banyak situs (situs crack, red) yang menawarkan serial number, keygen, dan crack/patch dari berbagai software agar bisa bebas digunakan. Bisa jadi, berbagai software bajakan yang banyak kita jumpai dalam bentuk CD atau DVD itu adalah software hasil download dari situs-situs tersebut.
Serial number biasanya terdiri dari kombinasi angka dan huruf dengan panjang yang beraneka ragam tergantung kehendak si pembuat software tersebut. Sedangkan keygen (key generator) adalah serial number yang di-randomize. Keygen karya hacker ‘hitam’ ini melakukan kalkulasi serial number sesuai dengan kode dan sistem algoritma yang biasa digunakan oleh si pembuat software tersebut. Dengan keygen, berapapun serial number yang kita perlukan, akan disediakan oleh tool yang satu ini. Muncul satu pertanyaan yang membuat Berita Indonesia berdecak kagum, darimana para hacker itu tahu kode dan sistem algoritma yang pada dasarnya hanya diketahui oleh si pembuat software tersebut? Padahal kode yang harus dipecahkan bukan cuma serial number namun juga activation code-nya. Lihat saja keygen untuk software-software keluaran Adobe atau Symantec.
Cara lain yang sering digunakan untuk membuka pengaman sebuah software adalah dengan menggunakan crack dan patch. Software yang di-crack merupakan software asli yang sudah dimodifikasi oleh hacker. Misalnya nama file sebuah program adalah adang.exe berukuran 12 MB. File ini yang dikutak-katik oleh hacker lalu di-publish ke internet. Bagi mereka yang ingin menggunakan program Adang dengan penuh harus me-replace atau mengganti file asli (adang.exe) dengan file yang sudah di-crack (adang.exe).
Sedangkan patch adalah program kecil yang mampu menghilangkan fungsi keamanan dan proteksi dari sebuah software. Begitu program patch ini diaktifkan, ia akan mencari file software yang ingin di-crack, mengubah sebagian coding asli dari software tersebut sehingga bebas digunakan. Cara ini ilegal karena software yang berbayar biasanya memiliki coding yang dilindungi oleh hukum dan siapapun tidak boleh mengubahnya tanpa seizin si pembuat. Software crack atau patch ini bisa terdiri dari satu file.exe atau terdiri dari beberapa file tambahan selain file.exe. Satu hal yang perlu diperhatikan, software keygen, crack, dan patch harus hati-hati digunakan karena tidak sedikit di antaranya diselipi virus atau trojan yang bertujuan menyusup ke dalam komputer dan mencuri informasi pribadi yang ada di dalamnya seperti alamat e-mail, password login, dan sebagainya.
Kehadiran situs-situs crack ini menjadi sarana bagi mereka yang hobi menjajal software untuk keperluan atau kepuasan pribadi. Mencari serial number sebuah software di internet bisa juga diterima kalau software yang kita miliki itu asli namun serial numbernya tidak kita ingat lagi. Daripada repot menghubungi si produsen software lalu menunggu konfirmasi dari mereka yang biasanya cukup lama, mencari serial number di internet bisa lebih cepat. Serial number dari internet ini bisa digunakan sembari menunggu serial number legal dari si pembuat software tersebut.
Mencari serial number (termasuk keygen, crack, red) sebuah software di internet cuma beberapa klik saja. Namun ada beberapa hal yang sangat perlu dipersiapkan sebelum singgah rumah maya para komunitas hacker ‘hitam’ ini. Kebanyakan situs-situs ‘hitam’ ini bernuasa gelap dengan background berwarna hitam. Di situ banyak ditemukan ranjau atau jebakan bagi mereka yang masih pemula di jagat maya. Mulai dari masuknya trojan (semacam virus yang bisa mengontrol komputer dari jarak jauh), virus, spyware (aplikasi yang menyusup ke komputer untuk mengumpulkan informasi pribadi) hingga gambar-gambar porno.
Daripada komputer kita penyakitan karena virus dan jantung berdebar-debar, Berita Indonesia memberikan tiga hal utama yang harus dilakukan untuk mengamankan PC sebelum mengunjungi situs-situs ilegal tersebut.
Hal pertama adalah mengamankan browser Internet Explorer dengan menonaktifkan fungsi ActiveX dan JavaScript. Buka menu Tools, Internet Options. Buka Tab Security di bagian atas lalu klik tombol Custom Level. Disable (nonaktifkan) semua pilihan dalam ‘ActiveX Controls and plug-ins’ dan ‘Scripting’ lalu klik OK. Setelah itu, klik Tab Privacy lalu enable (aktifkan) Pop-up Blocker yang ada di bagian bawah. Pop-up Blocker ini bisa terpaksa dinonaktifkan bila situs yang kita tuju mengharuskan window pop-up untuk menampilkan serial number. Yang terakhir, buka Tab Advanced lalu disable semua pilihan yang ada di bagian ‘Multimedia’ lalu klik OK. Ini untuk menghindari munculnya gambar-gambar porno yang sering rakus memakan bandwidth koneksi internet.
Yang terakhir dan jangan sampai dilupakan, pastikan komputer sudah terinstal software antivirus dengan virus definitions terbaru (update terbaru) dan software firewall untuk menyaring dan memblokir akses masuk dan keluar dari/ke komputer. Software firewall freeware yang cukup handal misalnya ZoneAlarm Free dan Agnitum Outpost Firewall Free. Install juga software pembersih spyware yang gratis (freeware) seperti SSD (Spybot – Search & Destroy) dan Lavasoft Ad-Aware SE.
Menggunakan serial number, keygen, crack atau patch yang berasal dari internet termasuk ilegal kecuali dengan alasan yang sudah disebutkan sebelumnya. Oleh karena itu, risiko Anda tanggung sendiri.MLP (Berita Indonesia 39)
Daftar Situs ‘Hitam’
Komunitas Hacker Underground
Jangan membuka situs-situs ini bila Anda belum menerapkan tiga hal utama yang Berita Indonesia sarankan sebelumnya. Berita Indonesia tidak bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada PC Anda dikarenakan Anda mengakses situs-situs ilegal ini.
www.astalavista.com/
www.allseek.info/
astalavista.box.sk/
www.serialsite.com/
www.easycracks.net/
www.crackzplanet.com/
www.crackdb.com/
www.crackfind.com/
www.crackportal.com/
www.crackserver.com/
www.crackspider.net/
www.serials.ws/
www.crackzilla.com/
www.warez.com/
Hari ini
***
Kamis, 20 Mei 2010
Mau Serial Number Atau Keygen?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
ada lg ga... situs' yg berbahaya lain'nya...?!
oia kalo software algoritma ada ga, harganya berapa?
terimakasih
Posting Komentar
Silahkan agan2 & igin2 yg maw koment bebas... tp maaf klu ada prtnyn yg tak trjwb krn admin dah gak ngurusin blog ini lg, ok?